“Pemberian Skor, Verifikasi dan Standar Penilaian (PAN dan
PAP)”
Makalah Evaluasi
Pembelajaran
Diajukan untuk memenuhi tugas
kelompok
Dosen : Naela Rifatil
Muna, M. Pd.I
Disusun
oleh :
Laeli
Latifah (59430506)
Nur
Kholifah Hanafiah (59430514)
Muhammad Zaenal ‘Arifin (59430597)
Tarbiyah / PBI A / VI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NUR JATI
2012
Jl. Perjuangan By pass (0231) 450262
Cirebon
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Evaluasi pembelajaran
siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan kewajiban bagi setiap guru.
mengapa. Karena hendaknya ia harus dapat memberikan informasi kepada lembaga
atau kepada siswa itu sendiri. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya memahami
tehnik pemberian skor, bahkan langkah-langkah sebelum membuat tes pertanyaan.
Banyak beberapa
pendapat ahli yang mengatakan bahwa penilaian berbeda dengan penskoran. Dalam
makalah ini, dijelaskan dengan jelas perbedaan yang sangat mendasar dalam
melakukan evaluasi terhadap hasil tes peserta didik. Karena acapkali terjadi
kekeliruan pendapat tentang fungsi penilaian pencapaian belajar siswa. Banyak
lembaga pendidikan atau pengajar –secara tidak sadar atau sadar-yang menganggap
fungsi penilaian itu semata-mata sebagai mekanisme untuk menyeleksi siswa atau
mahasiswa dalam kenaikan kelas, kenaikan tingkat, dan sebagai alat seleksi
kelulusan pada akhir tingkat program.
Dalam
makalah ini juga akan dibahas secara jelas tentang acuan penilaian yang menjadi
standar dalam memberi nilai dan skor dengan langkah-langkah yang jelas. Tes yang seharusnya disusun adalah tes yang mengatur tingkat
pencapaian mahasiswa terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan intruksional.
Tes tersebut mungkin tidak dapat mengukur penguasaan mahasiswa terhadap seluruh
uraian pengajar dalam proses intruksional, sebab apa yang diberikan pengajar
selama proses tersebut belum tentu seluruhnya relevan dengan tujuan
intruksional. Isi pelajaran bukanlah kriteria untuk mengukur keberhasilan
proses pelaksanaan intruksional.
Untuk
mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan menggunakan tes-tes dengan standar-standar tertentu
sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu bagi seorang pendidik harus
mengetahui bagaimana cara atu teknik-teknik yang baik untuk mengevaluasi anak
didiknya, sejauhmana pencapaian siswa dalam menguasai materi yang disampaikan.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, perumusan
masalah yang dibahas adalah
1. Apa perbedaan Skor dan Nilai?
2. Bagaimana tehnik dalam melakukan pengambilan skor?
3. Bagaimana tehnik penilaian dan pengkonversian skor?
4. Apa saja cara yang harus dilakukan dalam melakukan
verifikasi data?
5. Apa definisi dari Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (PAN)?
6. Apa persamaan dan perbedaan dari PAN dan PAP?
7. Apa kelebihan dan kekurangan dari PAN dan PAP?
C.
Tujuan
Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tehnik pengambilan skor hasil tes peserta didik.
2. Mampu memahami dan menerapkan tehnik verifikasi data.
3. Mampu memahami dengan jelas definisi, persamaan dan
perbedaan, kekurangan dan kelebihan PAP dan PAN.
4. Mampu menilai dan menkonversi nilai dengan tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Teknik-Teknik Pemberian Skor
Pada
hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen
menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban
terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses
menjadi nilai-nilai (grade). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
penskoran adalah proses, cara, pembuatan skor.
Skor
berbeda dengan nilai. Nilai adalah angka ( huruf )
yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan
skor-skor lain serta disesuaikan pengaturannya dengan standart tertentu.
Sedangkan skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang
diperoleh dari angka-angka dar setiap butir soal yang telah di jawab oleh
testee dengan benar, dengan mempertimbangkan bobot jawaban betulnya.
Menurut Suharsimi ( 2005:235 ) bahwa skor adalah hasil pekerjaan
menskor yang diperoles dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes
yang di jawab betul oleh siswa. Sedangkan nilai adalah angka ubahan dari skor
dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan norma atau acuan standar.
Menurut Anas Sudijono ( 2007:309 ) bahwa skor merupakan hasil pekerjaan memberi angka yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang si testee telah menjawab dengan betul. Sedangkan nilai adalah angka ( bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan penskoran (scoring) dan penilaian merupakan satu rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahakan. Penskoran merupakan kegiatan mengumpulkan data melalui tes maupun non-tes sehingga di peroles skor mentah (raw store) untuk kemudian diolah atau dikonversi (diubah).
Cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut, tes uraian (essay) atau tes obyektif (objektive test).
Menurut Anas Sudijono ( 2007:309 ) bahwa skor merupakan hasil pekerjaan memberi angka yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang si testee telah menjawab dengan betul. Sedangkan nilai adalah angka ( bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan penskoran (scoring) dan penilaian merupakan satu rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahakan. Penskoran merupakan kegiatan mengumpulkan data melalui tes maupun non-tes sehingga di peroles skor mentah (raw store) untuk kemudian diolah atau dikonversi (diubah).
Cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut, tes uraian (essay) atau tes obyektif (objektive test).
1. Pemberian
Skor pada Tes Uraian .
Pada tes uraian, pemberian skor didasarkan pada bobot (weight) yang diberikan pada setiap butir soal, didasarkan dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari soal tersebut dan atau banyak sedikitnya unsur yang terdapat dalam jawaban yang dianggap benar.
Pada tes uraian, pemberian skor didasarkan pada bobot (weight) yang diberikan pada setiap butir soal, didasarkan dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari soal tersebut dan atau banyak sedikitnya unsur yang terdapat dalam jawaban yang dianggap benar.
2. Pemberian
skor pada tes obyektif
..
Pemberian skor pada tes obyektif pada umumnya digunakan sistem denda.Untuk soal obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor maksimal 1 (satu). Apabila testee menjawab benar maka diberikan skor 1 dan apabila salah maka diberikan skor 0. .
Pemberian skor pada tes obyektif pada umumnya digunakan sistem denda.Untuk soal obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor maksimal 1 (satu). Apabila testee menjawab benar maka diberikan skor 1 dan apabila salah maka diberikan skor 0. .
Tes
Obyektif mempunyai beraneka ragam, yaitu diantaranya:
a. Completion
Type Test, terdiri atas:
1)
Completion Test
2)
S = R
|
Cara menghitunya adalah
S = Skor terahir atau
yang diharapkan
R = Jumlah jawaban yang
betul.
b. Selection
Type Test, yang terdiri dari:
1)
S =
|
R - W
N - 1
|
True – False
Ket,
S = Skor
terakhir atau yang diharapkan
R = Jumlah
item yang dijawab betul (right)
W = Jumlah
item yang dijawab salah (wrong)
n = banyaknya option; untuk true-false selalu
dua
1 = bilangan tetap
2)
S = R
|
Multiple
Choice
3)
Matching
Cara penskorannya
adalah
Cara menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk
true-false, dapat digunakan dua macam rumus yaitu : Rumus yang memperhitungkan
denda dan rumus yang mengabaikan atau meniadakan denda. Penggunaan rumus-rumus
tersebut tergantung dari kebijakan tester. .
Yang perlu diperhatikan pada tes obyektif adalah karena berbentuk mutiple choice maka masing-masing item soal memiliki derajat atau tingkat kesulitan masing-masing yang berbeda, jadi bobot jawaban yang benar belum tentu memiliki skor 1, melainkan bisa juga berbobot 1 ½ , 2 ½, 5 dan sebagainya. Dalam hal ini yang dapat menentukan bobot soal adalah orang yang paling tahu dengan mengenai derajat kesulitan soal tersebut yaitu sebaiknya adalah pembuat soal itu sendiri atau tester.
Yang perlu diperhatikan pada tes obyektif adalah karena berbentuk mutiple choice maka masing-masing item soal memiliki derajat atau tingkat kesulitan masing-masing yang berbeda, jadi bobot jawaban yang benar belum tentu memiliki skor 1, melainkan bisa juga berbobot 1 ½ , 2 ½, 5 dan sebagainya. Dalam hal ini yang dapat menentukan bobot soal adalah orang yang paling tahu dengan mengenai derajat kesulitan soal tersebut yaitu sebaiknya adalah pembuat soal itu sendiri atau tester.
1.
Langkah-langkah Menskor
Adapun langkah – langkah memberi skor adalah sebagai
berikut:
a. Menyusun
suatu jawaban model sebagai kunci jawaban yang memenuhi syarat sebagai jawaban
yang baik (benar, relevan, lengkap, berstruktur, dan Jelas).
b. Setiap
item bisa berbeda bobot. Perbedaan bobot bisa berdasar pada jenis bahan (bahan
perangsang, bahan inti, bahan penting, dan kurang penting), teksonomi
(pengetahuan, pemahaman, evaluasi, dll).
c. Membaca
beberapa jawaban dari peserta didik yang kurang pandai dan yang pandai. Hal ini
dapat dipakai untuk memperoleh gambaran umum tentang kualitas dari jawaban dari
para peserta didik atau mengecek apakah kunci jawaban cukup realistik.
d. Sebaiknya
masing-masing nomor dari jawaban tes diperiksa sekaligus sebelum melakukan
skoring nomor yang lain.
e. Agar
tidak terpengaruh oleh kesan mutu jawaban yang mendahului sebaiknya sesudah selesai
diperikasa jawaban-jawaban satu nomor, lembar jawab perlu ditukar urutannya.
f. Tidak
usah memperhatikan nama dan nomor peserta, untuk mengurangi subyektivitas.
g. Membiasakan
hanya memeriksa isi pikiran yang dikemukakan dalam jawaban, sehingga
tidak perlu menilai bentuk tulisan dan lain-lain.
h. Mengembalikan
lembar jawab lengkap dengan catatan-catatan seperlunya.
B. Melakukan verifikasi
data .
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar apabila evaluasi hasil belajar itu mengguanakan teknik tes, ataukah melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau questionnaire apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik non tes.
Data yang telah berhasil dihimpun disaring terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang baik yaitu data yang dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang sedang dievaluasi, dari data yang kurang baik yaitu data yang mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah.
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar apabila evaluasi hasil belajar itu mengguanakan teknik tes, ataukah melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau questionnaire apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik non tes.
Data yang telah berhasil dihimpun disaring terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang baik yaitu data yang dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang sedang dievaluasi, dari data yang kurang baik yaitu data yang mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah.
a.
Mengolah dan menganalisis data
Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan tujuan
untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam
kegiatan evaluasi. Dalam mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu
dapat dipergunakan teknik statistika dan teknik non statistika, tergantung
kepada kepada jenis data yang akan diolah dan dianalisis
b.
Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar
pada hakikatnya adalah merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam
data yang telah mengalami pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar
interpretasi terhadap data hasil evaluasi itu akhirnya dapat dikemukakan
kesimpulan-kesmpulan tertentu. Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah
tentu harus mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri
c.
Tindak lanjut hasil evaluasi belajar
Berdasarkan data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur,
diolah, dinalisis, dan disimpulkan sehingga dapat diketahui makna yang
terkandung di dalamnya maka pada akhirnya evaluator akan dapat mengambil
keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai
tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut. Harus diingat bahwa setiap
kegiatan evaluasi menuntut adanya tindak lanjut yang konkret.
d.
Teknik-Teknik Evaluasi Hasil Belajar di Sekolah
Dalam istilah “teknik-teknik evaluasi hasil belajar” terkandung arti
alat-alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi hasil belajar. Dalam konteks
evaluasi hasil pembelajarn di sekolah, dikenal adanya dua macam teknik, yaitu
teknik tes dan non tes. Dengan tenik tes, maka evaluasi hasil proses
pembelajarn di sekolah itu dilakukan dengan cara menguji peserta didik.
Sebaliknya, dengan teknik non tes maka evaluasi dilakukan tanpa menguji peserta
didik.
C.
Teknik Pengolahan Dan Pengkonversian
Skor . .
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari penjumlahan angka-angka dalam setiap butir soal yang di jawab dengan benar oleh testee, dan memperhitungkan bobot jawaban, sedangkan nilai adalah angka atau huruf yang merupakan hasil konversi (rubahan) dari penjumlahan skor yang disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu yang pada dasarnya merupakan lambang kemampuan testee terhadap materi atau bahan yang diteskan.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan nilai, maka skor-skor yang telah didapat masih merupakan skor mentah dan perlu diolah dan dikonversikan sehingga skor dapat berubah menjadi nilai (menjadi skor yang sifatnya baku atau standar (Standard Score).
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari penjumlahan angka-angka dalam setiap butir soal yang di jawab dengan benar oleh testee, dan memperhitungkan bobot jawaban, sedangkan nilai adalah angka atau huruf yang merupakan hasil konversi (rubahan) dari penjumlahan skor yang disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu yang pada dasarnya merupakan lambang kemampuan testee terhadap materi atau bahan yang diteskan.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan nilai, maka skor-skor yang telah didapat masih merupakan skor mentah dan perlu diolah dan dikonversikan sehingga skor dapat berubah menjadi nilai (menjadi skor yang sifatnya baku atau standar (Standard Score).
.
1. Acuan Penilaian
1. Acuan Penilaian
a. Penilaian
Acuan Patokan (PAP) .
Penilaian Acuan Patokan (criterion referenced evaluation) yang dikenal juga dengan standar mutlak berusaha menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan. Sebelum hasil tes diperoleh atau bahkan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan, patokan yang akan dipergunakan untuk menentukan kelulusan harus sudah ditetapkan.
Penilaian Acuan Patokan (criterion referenced evaluation) yang dikenal juga dengan standar mutlak berusaha menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan. Sebelum hasil tes diperoleh atau bahkan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan, patokan yang akan dipergunakan untuk menentukan kelulusan harus sudah ditetapkan.
Dengan PAP setiap individu dapat
diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk
meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang,
demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan.
Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan test
awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran.
Pembelajaran yang menuntut pencapaian
kompetensi tertentu sebagaimana diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini,
PAP merupakan cara pandang yang harus diterapkan.
PAP juga dapat digunakan untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi,
terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya
nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar
tuntas (mastery learning).
Selain
itu juga, PAP dapat mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan instruksional yang telah dirumuskan
sebelumnya. Artinya, nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan
tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang pengajaran sesuai
dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan. Kriteria yang digunakanpun
bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat tetap dan berlaku bagi semua
siswa yang mengikuti tes di lembaga terkait. Selain itu, nilai dari hasil PAP
dapat dijadikan indikator untuk
mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang
materi pengajaran tertentu.
Sebagai
contoh, untuk dapat diterima sebagai calon penerbang setiap calon harus
memenuhi syarat antara lain tinggi badan sekurang-kurangnya 170 cm. Berdasarkan
kriteria tersebut, maka siapaun yang tidak memenuhi syarat akan dinyatakan
gagal dalam tes dan tidak diterima sebagai siswa calon penerbang.
Standar atau patokan tersebut memuat
ketentuan-ketentuan yang dipergunakan sebagai batas-batas penentuan kelulusan
testee atau batas pemberian nilai pada testee. Jika skor yang diperoleh oleh
testee memenuhi batas minimal maka testee dinyatakan telah memenuhi tingkat
penguasaan minimal terhadap materi yang disampaikan dan sebaliknya jika testee
belum bisa memenuhi batas minimal yang ditentukan maka testee dianggap belum
“lulus” atau belum menguasai materi. Karena batasan-batasan tersebut bersifat
mutlak/ pasti maka hasil yang diperoleh tidak dapat di tawar lagi.
Berhubung standar penilaian ditentukan secara mutlak, banyaknya testee yang memperoleh nilai tinggi atau jumlah kelulusan testee banyak akan mencerminkan penguasaannya terhadap materi yang disampaikan. Pengolahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
Berhubung standar penilaian ditentukan secara mutlak, banyaknya testee yang memperoleh nilai tinggi atau jumlah kelulusan testee banyak akan mencerminkan penguasaannya terhadap materi yang disampaikan. Pengolahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menggabungkan skor dari berbagai sumber
penilaian untuk memperolah skor akhir.
2.
Menghitung skor minimum penguasaan
tuntas dengan menerapkan prosentase Batas Minimal Penguasaan (BMP).
3. Menentukan
tabel konversi
.
PAP (Criterion Referenced Evaluation) mencoba menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan mem-bandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan. Pa-tokan ini biasanya ditetapkan sebelum pembelajaran dimulai dan digunakan sebagai “standar kelulusan”. Standar kelu-lusan ini di dalam PAP bersifat ajeg dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu PAP ini dikenal pula dengan na-ma “Standar Mutlak”.
PAP (Criterion Referenced Evaluation) mencoba menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan mem-bandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan. Pa-tokan ini biasanya ditetapkan sebelum pembelajaran dimulai dan digunakan sebagai “standar kelulusan”. Standar kelu-lusan ini di dalam PAP bersifat ajeg dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu PAP ini dikenal pula dengan na-ma “Standar Mutlak”.
Berhubung standar
penilaian ditentukan secara mut-lak, maka banyaknya siswa yang lulus dan memperoleh
nilai tinggi akan
mencerminkan prestasi siswa, sekaligus juga mencerminkan penguasaannya terhadap
bahan pelajaran. Se-bagai konsekuensi logis penggunaan standar mutlak ini,
sa-ngat mungkin terjadi bahwa sebagian besar siswa dalam satu kelompok lulus
dengan nilai tinggi, atau sebagian besar sis-wa tidak lulus karena
nilainya di bawah standar
minimal, atau jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi dan rendah mungkin pula berimbang. Hasil
pengolahan yang demikian
jika digambarkan dalam bentuk kurva yang akan berwujud kurva juling positif,
kurva juling negatif, dan kurva normal.
1). Penetapan Patokan
Penafsiran
hasil tes yang mempergunakan PAP dilakukan dengan membandingkan nilai hasil tes
yang diperoleh siswa dengan patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan
tetapi kriteria yang dipergunakan untuk menetapkan besar-nya patokan itu
sendiri hingga kini belum
ada kesepakatan. Oleh karena itu selama ini setiap lembaga/sekolah biasanya
bersepakat untuk membuat patokan yang akan diberlakukan di tempat masing-masing.
2). Penggunaan PAP
PAP
pada umumnya digunakan untuk menguji tingkat pe-nguasaan bahan
pelajaran.Pengujian tingkat penguasaan bahan biasanya dilaksanakan pada
pengajaran yang berori-entasi pada tujuan dan strategi belajar tuntas. Oleh karena itu nilai seorang siswa
yang ditafsirkan dengan standar mutlak, sekaligus menunjukkan tingkat
penguasaan riilnya terhadap bahan pelajaran dan juga merupakan standar
pen-capaian indicator sesuai dengan standar ketuntasan belajar.
Agar nilai yang diperoleh siswa dapat
berfungsi seperti yang diharapkan, yaitu mencerminkan tingkat penguasaan siswa,
maka alat tes yang dipergunakan harus dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi kelayakan, kesahihan, maupun keterpercayaannya. Butir-butir tes yang
disusun harus sesuai dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang
diberikan.
3). Kelebihan PAP
a). Hasil PAP
merupakan umpan balik yang
dapat digunakan guru sebagai introspeksi tentang program pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
b). Hasil PAP
dapat membantu guru dalam pengambilan keputusan tentang perlu atau tidaknya
penyajian ulang topik/materi
tertentu.
c). Hasil PAP
dapat pula membantu guru merancang pelaksanaan program
remidi.
d). Dapat mengukur dan menilai penguasaan materi
terhadap tujuan instruksional khusus dan tujuan pembelajaran
e). Langsung dapat menginterpretasikan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik dari kinerja siswa
f). Dapat menilai dan mengukur kemampuan
penguasaan materi yang harus diketahui
siswa
g). Efektif
untuk pembelajaran individual
4). Kelemahan
PAP
a). Tidak dapat menunjukkan tingkat kedudukan
kemampuan peserta didik terhadap kelompoknya
b). Sulit
untuk menyatakan semua tujuan instruksional khusus secara eksplisit 90
c). Tidak dapat digunakan untuk
menilai dan mengukur kemampuan peserta didik dalam kawasan yang luas
d). Pola tujuan instruksional
khusus membuat pembelajaran sangat terbatas demikian pula proses belajar
peserta didik
5). Asumsi
Dasar PAP
Pendekatan
penilaian ini mendasarkan diri pada asumsi, bahwa:
a. Hal-hal yang harus dipelajari peserta didik
mempunyai struktur hierarkis tertentu dan masing-masing taraf tersebut harus
dikuasai secara baik sebelum peserta didik melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Contoh: dalam memahami materi 89 konversi nilai, mahasiswa harus memahami
terlebih dahulu materi parameter penilaian.
b. Evaluator atau tester (dalam hal ini guru, dosen,
dll) dapat Mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai tuntas, atau setidak-tidaknya
mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat pengukurnya. Contoh: untuk
mengetahui apakah peserta didik telah mengetahui bagaimana menghitung nilai
rata-rata hitung, maka dapat dilakukan identifikasi sebagai berikut: apakah
pembuatan tabel distribusi frekuensi dari data kuantitatif yang akan
dihitung rata-ratanya sudah benar? Jika
tabel distribusi frekuensi sudah benar, apakah tidak terdapat kekeliruan dalam
menetapkan midpoint bagi setiap interval nilainya?
b. Penilaian Acuan Norma (PAN) .
Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation) dikenal pula dengan Standar Relatif atau Norma Kelompok. Pendekatan penilaian ini menafsirkan hasil tes yang diperoleh testee dengan membandingkan dengan hasil tes dari testee lain dalam kelompoknya. Alat pembanding tersebut yang menjadi dasar standar kelulusan dan pemberian nilai ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh testee dalam satu kelompok. Dengan demikian, standar kelulusan baru daat ditentukan setelah diperoleh skor dari para peserta testee.
Hal ini berarti setiap kelompok mempunyai standar masing-masing dan standar satu kelompok tidak dapat dipergunakan sebagai standar kelompok yang lain. Standar dari hasil tes sebelumnya pun tidak dapat dipergunakan sebagai standar sehingga setiap memperoleh hasil tes harus dibuat norma yang baru. Yang dimaksud dengan norma dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud kelompok adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Selain itu, nilai dari hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukkan kedudukan siswa di dalam peringkat kelompoknya.
Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation) dikenal pula dengan Standar Relatif atau Norma Kelompok. Pendekatan penilaian ini menafsirkan hasil tes yang diperoleh testee dengan membandingkan dengan hasil tes dari testee lain dalam kelompoknya. Alat pembanding tersebut yang menjadi dasar standar kelulusan dan pemberian nilai ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh testee dalam satu kelompok. Dengan demikian, standar kelulusan baru daat ditentukan setelah diperoleh skor dari para peserta testee.
Hal ini berarti setiap kelompok mempunyai standar masing-masing dan standar satu kelompok tidak dapat dipergunakan sebagai standar kelompok yang lain. Standar dari hasil tes sebelumnya pun tidak dapat dipergunakan sebagai standar sehingga setiap memperoleh hasil tes harus dibuat norma yang baru. Yang dimaksud dengan norma dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud kelompok adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Selain itu, nilai dari hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukkan kedudukan siswa di dalam peringkat kelompoknya.
Sebagai
contoh, pada pelajaran bahasa Indonesia, siswa yang mendapat skor 80 di kelas B
akan mendapat nilai A, sedangkan di kelas C siswa yang mendapat skor 65 akan
mendapat nilai A juga. Mengapa bisa demikian? karena nilai yang didapat siswa
hanya dihubungkan dengan norma kelompoknya. Pada kelas C, norma kelompoknya
rendah, maka skor 65 saja sudah mendapat nilai A, dan pada kelas B norma
kelompoknya tinggi, maka skor 80 baru bisa mendapat nilai A, sehingga skor 65
bisa bernilai C.
Dasar pemikiran dari penggunaan standar PAN adalah adanya asumsi bahwa di setiap populasi yang heterogen terdapat siswa dengan kelompok baik, kelompok sedang dan kelompok kurang. Pengolahan skor dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) mengharuskan kita menghitung dengan statistik. Perhitungan dilakukan atas skor akhir (penggabungan beberapa sumber skor). .
Ini berarti bahwa standar kelulusan baru dapat ditentukan setelah diperoleh skor siswa. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak dapat digunakan untuk kelompok lainnya. Begitu pula dengan standar yang digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk hasil tes sekarang atau yang akan datang. Jadi setiap kali kita memperoleh data hasil tes, kita dituntut untuk membuat norma baru. Jika dibandingkan anatara norma yang satu dengan yang lainnya mungkin saja akan ditemukan standar yang sangat berbeda. Jika kelompok tertentu kebetulan sis-wanya pintar-pintar, maka norma/standar kelulusannya akan tinggi. Sebaliknya jika sis-wanya kurang pintar, maka standar kelulusannya pun akan rendah. Itulah sebabnya pendekatan ini disebut standar relatif.
Dasar pemikiran dari penggunaan standar PAN adalah adanya asumsi bahwa di setiap populasi yang heterogen terdapat siswa dengan kelompok baik, kelompok sedang dan kelompok kurang. Pengolahan skor dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) mengharuskan kita menghitung dengan statistik. Perhitungan dilakukan atas skor akhir (penggabungan beberapa sumber skor). .
Ini berarti bahwa standar kelulusan baru dapat ditentukan setelah diperoleh skor siswa. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak dapat digunakan untuk kelompok lainnya. Begitu pula dengan standar yang digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk hasil tes sekarang atau yang akan datang. Jadi setiap kali kita memperoleh data hasil tes, kita dituntut untuk membuat norma baru. Jika dibandingkan anatara norma yang satu dengan yang lainnya mungkin saja akan ditemukan standar yang sangat berbeda. Jika kelompok tertentu kebetulan sis-wanya pintar-pintar, maka norma/standar kelulusannya akan tinggi. Sebaliknya jika sis-wanya kurang pintar, maka standar kelulusannya pun akan rendah. Itulah sebabnya pendekatan ini disebut standar relatif.
Beberapa
langkah yang perlu diperlukan dalam mengadakan penilaian berdasarkan acuan
kelompok, yaitu:
a.
Memberikan skor tiap siswa
b.
Mencari nilai rata-rata (mean) kelompok
c.
Mencari nilai simpangan baku (standar
deviation)
d.
Menbuat pedoman konversi dan menentukan
nilai berdasarkan standar yang dibuat.
Secara
sederhana, konversi nilai yang biasa digunakan ada lima macam, ytaitu:
a.
Skala Lima (Stanfive) diwujudkan dengan
0,1,2,3,4 atau A,B,C,D,E.
b.
Skala Sembilan (Stannine) diwujudkan
dengan 1,2,3,4,5,6,7,8,9.
c.
Skala Sepuluh (C-scale) diwujudkan
dengan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.
d.
Skala Sebelas (Staneleven), diwujudkan
dengan 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.
e.
Skala Seratus (T-Scale), diwujudkan
dengan 0,1,2,3,s.d 100. (*)
1). Pedoman Konversi PAN
Konversi
didasarkan pada Mean dan Standar
Deviasi (SD) yang dihitung
dari hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu untuk membuat standar penilaian
atau pedoman konversi,
terlebih dahulu kita harus menghitung Mean dan SD-nya. Jika dihubung-kan dengan
skala penilaian, maka pedoman konversi untuk PAN dapat mempergunakan berbagai
skala, misalnya skala lima, sembilan, sepuluh, dan seratus.
2). Penggunaan PAN
Berbeda
dengan PAP, PAN tidak dapat digunakan untuk mengukur kadar pencapaian tujuan
dan tingkat penguasaan bahan. PAN sering digunakan untuk fungsi prediktif,
mera-malkan keberhasilan pendidikan siswa di masa mendatang atau untuk
menentukan peringkat/kedudukan siswa
dalam kelompok.
3). Keunggulan PAN
Ada beberapa
keunggulan yang dimiliki PAN, diantaranya seperti tersaji di bawah ini:
a). Hasil PAN
dapat membuat guru bersikap positif dalam memperlakukan siswa sebagai individu
yang unik.
b). Hasil PAN
akan merupakan informasi yang baik tentang kedudukan siswa dalam kelompoknya.
c). PAN dapat
digunakan untuk menyeleksi calon siswa yang dites secara ketat.
d). Dapat untuk mengukur dan menilai secara
maksimal
e). Dapat mengukur, menilai, dan
menginterpretasikan kinerja peserta didik di tingkat tinggi pada kawasan/domain
afektif dan psikomotorik
f). Dapat membedakan kemampuan setiap peserta
didik yang pintar dengan yang kurang pintar
g). Efektif
untuk menguji yang bersifat seleksi tujuan tertentu
4). Kelemahan
PAN
a). Tidak memadai untuk mengukur dan menilai penguasaan
materi dan keterampilan
b). Hasil pengukuran dan penilaian tidak langsung
dapat diinterpretasikan
c). Tidak dapat menunjukkan kemampuan kesiapan
dalam melanjutkan materi dari pembelajaran selanjutnya
5). Asumsi
Dasar PAN
Pendekatan penilaian ini mendasarkan diri pada
asumsi, bahwa:
a). Pada
setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen akan selalu didapati
kelompok “baik”, kelompok “sedang”, dan kelompok “kurang”. Dengan kata lain,
setiap kegiatan pengukuran dan penilaian hasil belajar, sebagian dari peserta
didik tersebut nilai-nilai hasil belajarnya terkonsentrasi atau memusat di
sekitar nilai pertengahan (nilai rata-rata), dan hanya sebagian kecil saja yang
nilainya sangat tinggi atau sangat rendah.
b). Tujuan
evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relative (relative
standing) dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu
apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah”,
ataukah di “bawah”.
Pendekatan PAN ini mendasarkan diri pada distribusi
normal, walaupun kadar kenormalannya tidak selalu sama untuk tiap kelompok.
Dengan demikian, walau tiap-tiap kelompok sama-sama menghasilkan kurva normal, mean kurva
yang satu dengan kurva lainnya mungkin saja berbeda. Sebagai konsekuensinya,
seorang siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam suatu kelompok mungkin akan
memperoleh nilai rendah jika ia dimasukkan ke dalam kelompok lainnya. Demikian
pula sebaliknya.
2.
Perbedaan
dan Persamaan PAN dan PAP
a. Persamaan
PAN dan PAP
Penilaian
Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa persamaan sebagai
berikut:
1). Penilaian
acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik
sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan
intruksional umum dan tujuan intruksional khusus
2). Kedua
pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak
dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur mempresentasikan populasi siwa
yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan.
3). Untuk
mandapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran sama-sama
memerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan
dasar penulisan instrument.
4). Keduanya
mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.
5). Keduanya
menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes
penampilan atau keterampilan.
6). Keduanya
dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
7). Keduanya
digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.
b. Perbedaan PAN dan PAP
1). Penilaian
Acuan Norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit
butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian Acuan Patokan biasanya mengukur
perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap
perilaku.
2). Penilaian
Acuan Norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat
pencapaian belajar secara relatif. Penilaian Acuan Patokan menekankan
penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh
setiap peserta tes.
3). Penilaian
Acuan Norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan
sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit.
Penilaian Acuan Patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan
perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.
4). Penilaian
Acuan Norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian Acuan Patokan digunakan
terutama untuk penguasaan.
5). PAN
dimanfaatkan dalam a) Mengklasifikasi siswa
dalam kelompoknya, b) Menetukan peringkat siswa dalam grupnya, c) Menyeleksi
siswa berdasar- kan prestasi apa adanya dan pembanding anggota kelompoknya.
Sedangkan PAP dimanfaatkan dalam a) Penentuan prestasi siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran, b) Menyeleksi siswa atas dasar kualitas prestasi, c)
Mengukur keefektifan pengajaran (metode, teknik, pemilihan bahan,penggunaan
alat, dsb), d) Umpan balik bagi perbaikan pengajaran, dan e) Mengetahui
kelamahan/ kesulitan siswa untuk pengajaran remedial.
6). Pada jenis tesnya. Untuk PAN, tes yang digunakan adalah: a) Tes
seleksi dengan acuan intra kelompok (situasi pada kelompok tersebut), b) Tes
prognostik, yang bertujuan membuat ramalan (dasar : apabila seseorang menduduki
tempat yang sama, semakin tampaklah tingkat kemampuan orang tersebut).
Sedangkan PAP, digunakan untuk tes, a) Tes seleksi dengan acuan diluar
kelompok, misalnya patokan tujuan yang harus dicapai (standar tertentu), b) Tes
formatif (tes pembinaan dalam pengajaran), termasuk tes unit, postes ulangan
harian/ formatif, dan c) Tes diagnosis, mengetahui jenis dan penyebab kesulitan
belajar siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah
dijelaskan pada bab II, maka dengan ini beberapa kesimpulan yang bisa diambil. Bahwasannya
skor dan nilai mempunyai definisi yang berbeda seperti yang diungkapkan oleh
beberapa ahli. Mereka diantaranya Suharsimi ( 2005:235 ) Anas Sudijono ( 2007:309 ),
sehingga kita tidak bisa lagi salah pemahaman terhadap nilai dan skor, karena
keduanya mempunyai ciri yang jelas.
Terdapat beberapa tehnik
yang bisa digunakan saat kita memberikan skor terhadap hasil tes peserta didik.
Yaitu diantaranya menyusun suatu jawaban model sebagai
kunci jawaban yang memenuhi syarat sebagai jawaban yang baik (benar, relevan, lengkap,
berstruktur, dan Jelas) dan masih banyak lagi yang menjadi panduan dan pedoman
dalam melakukan scoring.
Setelah
itu, lakukan verifikasi data, bisa dengan beberapa langkah berikut ini:
a.
Mengolah dan menganalisis data
b.
Memberikan interpretasi dan menarik
kesimpulan
c.
Tindak lanjut hasil evaluasi belajar
d.
Teknik-Teknik Evaluasi Hasil Belajar di
Sekolah
Ada dua acuan penilaian yang sangat penting yang menjadi patokan dalam
mengolah dan mengkonversi skor hasil peserta didik. Yaitu Penilaian
Acuan Patokan (PAP) yang juga dikenal dengan (criterion referenced evaluation) atau
dengan standar mutlak dan Penilaian
Acuan Norma (PAN) yang juga dikenal dengan (Norm Referenced Evaluation) atau
dengan sebutan Standar Relatif atau Norma Kelompok. Kedua acuan penilaian
tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda, kelebihan dan kelemahannya,
asumsi dasarnya dan patokan dalam penilaian serta mempunyai persamaan dan
perbedaan.
B.
Saran
Sebagai pendidik dan
calon pendidik sudah selayaknya memperlakukan peserta didiknya sesuai dengan
kemampuan dan kepribadiannya, kemampuan terhadap penguasaan materi, dan
memberikan skor dengan adil sesuai dengan acual penilaian yang berlaku.
Sebagai calon pendidik
juga seyogyanya memahami tehnik pemberian skor terhadap hasil peserta didik
agar mereka tidak merasa dirugikan dan mampu merumuskan langkah-langkah
berikutnya.
Daftar Pustaka
Nofijanti, Lilik, dkk. 2008. Learning Assistance
Progran for Islamic School. LAPIS PGMI. Surabaya
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Tekhnik
Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2005. Balai
Pustaka. Jakarta
Sukardi.
E, dan Maramis. W. F. Penilaian Keberhasilan Belajar,Jakarta:
Erlangga:University Press,1986.
Terima kasih uraiannya.izin copy paste untuk memenuhi tugas. salam dari PP. Al Falah Sukamaju Babat Supat Mu-Ba. STAI Rahmaniyah Sekayu Palembang.
BalasHapus